Rabu, 24 Desember 2008

ARSITEKTUR PERALATAN INSINERATOR SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH YANG DISESUAIKAN DENGAN KONDISI KOTA BANDUNG

Sampah perkotaan merupakan masalah besar bagi pemerintah kota, karena jurnlahnya terus bertambah sesuai pertumbuhan penduduk, sedangkan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin terbatas. Data Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung tahun 2004 menunjukkan jumlah sampah sekitar 7500 m3/hari, atau setara dengan 1875 ton/hari (dengan asumsi berat jenis sampah sebesar 0.250 ton/m3)

Tahun 2003, BPPT melalui Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan membuat metoda pengelolaan sampah terpadu, dengan rnelakukan proses daur ulang untuk sampah anorganik dan pengkomposan untuk sampah organik, sehingga sisa sampah setelah proses tersebut sebesar 18% atau setara dengan 1350 m3/hari (337.5 ton/hari).

Sisa sampah dapat direduksi lagi untuk menghilangkan sampah secara total dengan menggunakan mesin insinerator, sebagai proses reduksi volume sampah yang paling efektif, yang dapat membakar sampah padat menjadi abu sehingga volumenya tereduksi mencapai 10-20%

Penelitian ini difokuskan pada desain peralatan insinerator yang sesuai dengan kapasitas sampah Kota Bandung yang mampu memenuhi tantangan claim hal kualitas produk yang terkait erat dengan kebutuhan konsumen (customer needs), desain peralatan dengan kualitas yang baik, serta biaya investasi yang diperlukan.

Perhitungan secara kuantitatif menggunakan analisa konjoin sebagai alat pengukuran konsumen, analisis klaster sebagai alat pengelompokan konsumen, Quality Function Deployment sebagai alat untuk menghasilkan nilai target spesifikasi karakteristik teknis, serta metode Pengembangan Produk Generik dalam penentuan arsitektur produk.

Hasil penelitian menunjukkan peralatan insinerator yang layak digunakan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung adalah 5 buah insinerator dengan kapasitas masing-masing sebesar 80 ton perhari. Biaya investasi untuk membuat satu buah incinerator tersebut sebesar Rp. 9.822.000.000,- dengan biaya operasional sebesar Rp. 3.000.000,- perhari.

Deskripsi Alternatif :

Abstract :


Domestic waste becomes to big problem for city government, because quantity of domestic waste growing in accordance with citizens population growth, whereas Final Disposal Area were limited. Base on Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung's data in 2004, daily quantity of domestic waste are 7500 m3/day or 1875 ton/day (with assumption domestic waste density is 0.25 ton/m3).

In 2003, BPPT through Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan made new method call Integrated Waste Management, with recycle an-organic waste and composting organic waste, with result that waste residue as 18% or equal with 1350 m3/day (337.5 ton/day)

The effective method for reducing waste volume was using Incinerator, which can bum solid waste to be ash and reduce volume up to 10-20%.

This research focusing on incinerator design in accordance with Bandung City waste capacity and can be challenge in quality that linkage with customer needs, good quality design and investment cost.

Quantitative data processing using Conjoint Analysis as customers measurement tools, Cluster Analysis as customer grouping tools, Quality Function Deployment as generate technical characteristic specification targets and Generic Product Development to determine product architecture.

Product research indicated that appropriate incinerator for managing Bandung City domestic waste using 5 units incinerator with capacity 80 ton/day, respectively with investment cost 9.822.000.000,- rupiah for each incinerator and daily operational cost 3.000.000,- rupiah.

0 komentar: