Rabu, 24 Desember 2008

Incinerator DD Midi & DD Mini

Bagaimana sikap anda bila mengetahui bahwa limbah klinis adalah salah satu sumber penyakit dan berbahaya bagi masyarakat? Apakah nantinya pusat layanan kesehatan masyarakat akan benar-benar berubah menjadi “sumber penularan penyakit” hanya karena limbah klinis tidak terolah dengan baik? Lalu bagaimana cara menangani limbah klinis ini ?

Masyarakat di negara maju ternyata tidak hanya menuntut teknologi yang mampu memenuhi kebutuhan dengan cepat. Namun masyarakat di negara tersebut juga menuntut adanya teknologi yang bersahabat dengan lingkungan. Lalu bagaimana dengan tuntutan masyarakat di negara berkembang? Apakah juga sudah ada kesadaran untuk memikirkan kelestarian lingkungan? Ternyata harapan munculnya kesadaran akan kelestarian lingkungan masih cukup jauh karena perilaku masyarakat kita yang masih kurang peduli dengan alam.
Dunia medis nampaknya juga harus berpacu untuk memenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berbagai penelitian terus dilakukan karena jenis penyakit dari tahun ke tahun bukannya semakin berkurang namun malah sebaliknya.
Fungsi Puskesmas dari dulu sampai sekarang adalah sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat. Mengapa demikian? Karena Puskesmas langsung bersentuhan dengan masyarakat terutama di pedesaan atau masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Bentuk pelayanan itu dapat penanganan langsung kepada pasien atau dalam tahap membuka wacana kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan. Namun kadang dari aktivitas pusat layanan kesehatan kadang memunculkan persoalan baru. Sering kali Puskesmas kurang memperhatikan masalah penanganan limbah klinis yang biasanya terdiri dari bekas kain kasa, kapas, plastik, logam dll. Apalagi sekarang telah banyak Puskesmas dan klinik kesehatan swasta yang membuka layanan rawat inap dan tentu saja limbah klinis yang dihasilkan juga bertambah. Padahal limbah klinis sangatlah berbahaya karena mengandung berbagai macam jenis penyakit dan racun. Limbah klinis ini bila tidak ditangani secara baik dan benar maka fungsi atau peran dari Puskesmas atau klinik kesehatan sebagai pembawa kehidupan sehat bagi masyarakat justru akan terbalik.
Untuk menjawab penanganan limbah klinis, maka Yayasan Dian Desa mengembangkan sebuah teknologi tepat guna untuk menangani limbah klinis. Riset yang panjang ini telah menghasilkankan mesin pengolah limbah yang disebut Incineratot DD Midi dan Incinerator DD Midi
Incinerator sebenarnya adalah hasil dari pengembangan dari teknologi tungku kayu tradisional. Prinsip kerjanya sangatlah sederhana yaitu pembakaran secara tertutup untuk menghasilkan panas yang maksimal dengan suplai oksigen sangat minimal. Dinding bagian dalam (insulation) incinerator terbuat dari bak semen tahan api (insulation cement 1400 derajat celcius). Sedangkan dinding luarnya terbuat dari stainless steel (baja tahan karat). Incinerator juga praktis karena tidak memerlukan atap atau konstruksi pendukung lain maka pembakaran limbah dilakukan di luar ruangan (out door). Apalagi Incinerator DD Mini karena ukurannya yang kecil sangat tepat untuk pengolahan limbah klinis Puskesmas.

Pemilihan bahan bakar biomassa selain murah ternyata berfungsi sebagai filter dari senyawa dioksin yang muncul selama proses pembakaran. Pencegahan munculnya senyawa dioksin adalah melakukan pembakaran dengan suhu tinggi di dalam ruangan yang tertutup. Apabila limbah klinis dibakar dengan alat pembakaran biasa (burner) maka suhu maksimal yang dicapai hanya akan sampai pada angka 700 derajat celcius dan dalam temperatur sekian senyawa dioksin akan terbentuk. Lain halnya bila kita menggunakan Incinerator maka suhu maksimal yang dihasilkan akan sampai pada angka 1000 derajat celcius. Pembakaran dengan Incinerator yang suhunya demikian tinggi akan mampu menekan resiko terbentuknya senyawa dioksin. Hal ini dikarenakan dengan superheated steam maka siklus rantai hidrokarbon akan pecah.

Penggunaan Incinerator sangatlah mudah karena hanya dengan menyusun kayu dan limbah yang akan dibakar secara berselang-seling. Namun untuk hasil yang maksimal maka kita harus menggunakan bahan bakar yang keras, misalnya tempurung kelapa. Tentu saja tempurung kelapa sangatlah melimpah di negeri ini dan akan menjadi bahan bakar yang tak pernah habis di muka bumi. Pada tahap reduksi, oksigen dimasukkan untuk mengubah volatile gas menjadi CO2 dan H2O. Turbulensi dengan suhu tinggi dan ruang bakar yang tepat merupakan syarat utama agar proses pembakaran berlangsung sempurna. Oleh karena dua buah jet port disediakan untuk mensuplai oksigen.

Dari pembakaran 8 kg limbah dengan durasi 3 jam dengan Incinerator DD Midi maka residu abu yang tertinggal kurang lebih hanya 0,5 kg. Yang lebih mengagumkan bahwa sampah metal seperti jarum suntik juga terurai sampai menjadi abu. Bukankah cara seperti ini sangatlah ramah untuk lingkungan? Dari segi biaya pun juga sangat ringan karena tidak membutuhkan BBM dan listrik.. Mari kita pikirkan kembali supaya pusat layanan kesehatan tidak lagi menjadi sumber penyakit bagi masyarakat yang menginginkan hidup sehat!

(Jokek)

Spesifikasi Incinerator DD Midi & DD Mini Incinerator DD Midi
Dimensi : 680 x 500 x 1000mm (L x W x H)
Volume reaktor : 40 lt
Tipe : Cross draft
Lining material : Refracktory Cement 1550 C
Insulation : Insulation Cement 1400 C
Cover : Stainless steel
Kapasitas : 8 kg sampah/jam
Temperatur kerja : > 1000 C
Bahan bakar : Biomassa (batok kelapa, kayu
serpih, kulit kacang, tongkol
Jagung dll)

Incinerator DD Mini Dimensi : 520 x 320 x 700mm (L x W x H)
Volume reaktor : 15 lt
Tipe : Cross draft
Insulation : Insulation Cement 1400 C
Cover : Stainless steel
Kapasitas : 2 kg sampah/jam
Temperatur kerja : > 1000 C
Bahan bakar : Biomassa (batok kelapa, kayu
serpih, kulit kacang, tongkol
jagung dll)

OPERASIONAL

Persiapan

1. Siapkan biomassa yang akan digunakan (tempurung kelapa, tongkol jagung dll) dengan ukuran 3 – 6 cm.
2. Kumpulkan limbah klinis ke dalam wadah yang aman (kantong plastik, kardus dll).
3. Masukkan kertas atau material lain (yang mudah terbakar) secukupnya pada dasar ruang bakar.
4. Masukkan biomassa di atas kertas tersebut hingga memenuhi 2/3 bagian.
5. Isi parit dan landasan tutup atas dengan air (untuk seal udara) agar asap tidak keluar dari pintu pengisian.

Cara Pemakaian

1. Siapkan bahan bakar kayu sesuai dengan keranjang ukur
2. Masukkan limbah dan bahan bakar secara berselang-seling melalui pintu atas
3. Setelah bak pembakaran penuh, nyalakanlah api. Apabila nyala api sudah stabil maka tutuplah pintu pembakaran.
4. Setelah kurang lebih tiga jam maka limbah dan kayu akan menjadi abu lalu bersihkanlah memalui pintu abu.
Penulis : Prianti Utami

0 komentar: